Selasa, 08 Juni 2010

MEKANISME PENCEGAHAN RASA SAKIT MELALUI ANESTESI

I. PENDAHULUAN
Pada umumnya rasa sakit atau nyeri timbul sebagai reaksi dari mekanisme protektif, tetapi sering kali muncul tanpa tujuan yang berguna dan dapat mengganggu kemampuan kerja, tidur, makan dan dalam bentuk ekstrim malah mempengaruhi keinginan hidup seseorang. Sebagai suatu gejala, rasa nyeri menuntut pertolongan segera dan biasanya membawa banyak penderita pergi kedokter daripada penyebab yang lainnya. Rasa nyeri ini bukan hanya pengalaman yang menyengsarakan tetapi apabila berlangsung terus menerus juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada organ-organ vital yang mengakibatan gangguan atau kerusakan jaringan.
Macam-macam cara dipakai untuk memerangi rasa nyeri tersebut. Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Anestesi antara lain adalah blok syaraf atau blok analgesic melalui penyuntikan anestesi lokal atau bahan-bahan neurolitik ke dekat atau ke dalam syaraf/syaraf-syaraf atau ke dalamstruktur yang peka akan rasa nyeri. Cara ini relatif sederhana tidak memerlukan peralatan macam-macam, ruang dan tenaga yang banyak, dan masa perawatan singkat. Untuk lebih memahami tentang anestesi, macam-macam anestesi dan mekanisme kerjanya, maka di dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam tentang anestesi tersebut.

II. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai anastesi, antara lain:
A. Apakah yang dimaksud dengan anestesi?
B. Berapa macamkah pembagian anestesi?
C. Bagaimana mekanisme kerja anestesi?
D. Apakah terdapat kebaikan-kebaikan dan efek samping dari anestesi?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anestetika adalah obat-obatan yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa (bahasa Yunani: an = tanpa, aesthesis = perasaan yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari pelbagai pusat-pusat di SSP, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan. Sedangkan anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemberian anestesi ataupun anelgesi, pengawasan keselamatan pasien dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perasaan intensif pasien gawat. Pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun.
B. Pembagian Anestesi
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi lokal. Pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran.
1. Anestesi Umum
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali Komponen trias anestesi ini dapat dicapai dengan menggunakan obat yang berbeda secara terpisah. Teknik ini sesuai untuk pembedahan abdomen yang luas, intraperitonium, toraks, intrakanial, pembedahan yang berlangsung lama dan operasi dengan posisi tertentu yang memerlukan pengendalian pernapasan. Cara pemberian anestesi umum:
a) Parenteral (intramuscular/intravena). Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi. Umumnya diberikan thiopental, namun pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin, diazepam dll. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral dikombinasikan dengan cara lain.
b) Perektal. Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindaka singkat.
c) Anestesi inhalasi yaitu anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernapasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentuka kekuatan daya anestesi. Zat anestetik disebut kuat bila dengan tekanan parsial yang rendah sudah dapat member anestesi yang adekuat.

Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter kedalam 4 stadium yaitu:
a) Stadium I (analgesi) dimuai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan seperti pencabutan gigi dan biopsy kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini.
b) Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleksi bulu mata sampai pernapasan kembali teratur pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa, berteriak, menangis, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apne dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensiaurin dan alvi dan muntah. Stadium ini harus cepat dilewati karena dapat menyebabkan kematian.
c) Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. Stadium III dibagi menjadi 4 plana yaitu:
 Plana I : pernapasan teratur dan spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna.
 Plana 2 : pernapasan teratur dan spontan, perut dan volume dada tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak terfiksasi ditengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi oto sedang dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi.
 Plana 3 : pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriassis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksaai otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun).
 Plana 4 : pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).
d) Stadium IV (paralisis medulla oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tidak dapat diukur, denyut jantung berhenti dan akhirnya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
2. Anestesi Lokal
Anestesi/analgesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri atau sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dilakukan dengan teknik:
a) Anestetik permukaan yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa seperti mata, hidung, dan faring.
b) Anestesi infiltrasi yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikan intradermal atau subkutan.
c) Anestesi blok yaitu penyuntikan analgetik lokal langsung ke syaraf utama atau pleksus syaraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada syaraf tunggal misalnya syaraf oksipital dan pleksus brankialis, nestesi lokal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik lokal disuntikkan kedalam ruang subaraknoid diantara konus medularis dan bagian akhir ruang subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan menyuntikkan zat anestetik lokal kedalam ruang epidural. Pada anestesi kaudal, zat anelgetik lokal disuntikkan melalui hiatus sakralis.
d) Analgesi regional intravena yaitu penyuntikkan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas dieksanguinasi dan isolasi bagian proksimalnya dari sirkulasi sintemik dengan turniket pneumatik.
Untuk suatu obat dapat digunakan sebagai anestetikum lokal yang baik, maka beberapa persyaratan harus dipenuhi, antara lain:
a) Tidak merangsang jaringan;
b) Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf;
c) Toksisitas sistemik yang rendah;
d) Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir;
e) Waktu untuk memulai daya kerjanya sesingkat mungkin dan untuk jangka waktu yang cukup lama, dan;
f) Dapat larut dalam air serta menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pemanasan (sterilisasi).
C. Mekanisme Kerja Anestesi
Mekanisme pencegahan rasa sakit melalui anestesi bertujuan untuk meminimalisasi adanya efek samping yang membahayakan seperti pada penggunaan narkosa. Walaupun demikian, terdapat perbedaan dalam mekanisme kerja anestesi lokal dan anestesi umum yang sangat mencolok, antara lain sebagai berikut:
1) Anestesi Umum
Kebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisasi oleh tubuh karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori yang dicoba untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifat-sifat fisiknya.
Yang tertua adalah teori lemak dari Meyer-Overton yang membuktikan adanya hubungan erat antara sifat lipofil suatu zat dengan kekuatan anestetiknya. Atas dasar perbandingan daya-larutannya dalam munyak dan dalam air telah dibuat penggolongan dari anestetika. Teori ini ternyata kurang memuaskan dan sebetulnya tidak menjelaskan mekanisme kerjanya obat atas membrane sel atau atas reseptor apapun.
Suatu teori baru menyarankan bahwa anestetika umum dapat membentuk hidrat-hidrat dengan air yang stabil di bawah pengaruh protein-protein SSP. Hidrat-hidrat gas SSP ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan-rangsangan di sinaps-sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anesthesia.
Mekanisme kerja obat anestesi umum sampai sekarang belum jelas meskipun mekanisme kerja susunan syaraf pusat dan susunan syaraf perifer mengalami banyak kemajuan pesat. Maka timbullah berbagai teori. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:
a) Teori koloid : zat anestesi akan menggumpalkan sel koloid yang menimbilkan anestesi yang bersifat reversible diikuti dengan proses pemulihan. Christiansen (1965) membuktikan bahwa pemberian eter dan halotan akan menghambat gerakan dan aliran protoplasma dalam amoeba.
b) Teori lipid : ada hubungan kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya anestesi. Makin tinggi kelarutan makin kuat sifat anestetinya.
c) Teori adsorpsi dan tegangan permukaan : pengumpulan zat anestesi pada permukaan sel menyebabkan proses metabolisme dan transmisi neural terganggu sehingga timbul anestesi.
d) Teori biokimia : pemberian zat anestesi akan menurunkan transmisi sinaps di ganglion servikalis superiror dan menghambat formation retikularis asenden untuk mempertahankan kesadaran.
e) Teori fisika : zat anestesi dengan air didalam susunan syaraf pusat dapat membentuk mikrokristal sehingga mengganggu fungsi sel otak.
2) Anestesi Lokal
Pusat mekanisme kerja anestetika lokal adalah di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital-barbital, maka anestetika local memblokir penerusan impuls dengan jalan mencegah kenaikan permeabelitas membrane sel terhadap ion-ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Pada waktu yang bersamaan ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat-laun meningkat yang pada akhirnya memblokir penerusan (konduksi) impuls.
Diperkirakan bahwa proses stabilisasi membrane tersebut ion-ion kalsium memegang peranan penting, yakni molekul-molekul lipofil besar dari anestetika local mungkin mendesak sebagian ion-ion kalsium di dalam membrane sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan demikian membrane sel menjadi lebih padat dan stabil, serta dapat lebih baik melakukan segala sesuatu perubahan dalam permeabelitas.
Di samping ini anestetika local menggangu fungsi dari semua organ-organ dalam mana terjadi konduksi/transmisi dari impuls-impuls. Dengan demikian anestetika local mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromoskular dan semua jaringan otot.
Obat anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran syaraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan syaraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada setiap bagian syaraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit akan menghambat transmisi impuls sensorik. Sebaliknya, pemberian anestesi lokal pada batang syaraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersyarafinya.
Mekanisme kerja anestesi lokal adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls syaraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel. Obat anestetik lokal dikelompokkan menjadi:
a) Kokain
b) Anestetik lokal sintetik seperti brokan, lidokain, batetamid, dibukain, mepivakain, tetrakain dsb.
D. Efek Samping Anestesi
Hampir semua anestetika mengakibatkan sejumlah efek samping, walaupun tetap ada beberapa kebaikan/keuntungannya, misalnya pada:
1. Anestesi Umum
 Kebaikan-kebaikannya
a) Alat-alat dan obat lebih kompleks dibandingkan dengan alat dan obat-obat untuk analgesi regional.
b) Fasilitas perawatan pasca bedah dan cara perawatan lebih rumit dibandingkan dengan penderita sadar yang telah mengalami analgesia regional.


 Efek sampingnya
a) Menekan pernafasan; paling sedikit pada N2O, eter dan trikloretilen.
b) Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksifluran; paling ringan efek ini pada eter.
c) Merusak hati, terutama senyawa-senyawa klor, misalnya kloroform.
d) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran.
2. Anestesi Lokal
 Kebaikan-kebaikannya
a) Kemungkinan pneumothorax, blockade, n. laryneus recurrent, n. phrenicus, n. vagus, penyuntikan epidural atau subarachnoideal tidak ada sama sekali.
b) Kalau perlu dapat dilakukan blockade kiri-kanan tanpa takut gangguan pernafasan
 Efek samping
a) Kadang-kadang penderita dengan kelainan di tangan tidak melakukan abduksi, flexi dan supinasi.
b) Volume yang digunakan jauh lebih banyak daripada supraclavicular block.
c) Sangat susah dilakukan pada penderita gemuk dimana pulsasi arteri susah diraba.
IV. KESIMPULAN
1. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
2. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Anestesi Umum
b. Anestesi Lokal
3. Mekanisme kerja anestesi:
a. Anestesi umum
Kebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisasi oleh tubuh karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori yang dicoba untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifat-sifat fisiknya.
b. Anestesi lokal
Mekanisme kerja anestesi lokal adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls syaraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel.
4. Hampir semua anestetika menyebabkan efek samping, tetapi anestesi juga memiliki beberapa kebaikan-kebaikan/keuntungan.

V. PENUTUP
Demikian uraian makalah ini, apabila ada kesalahan baik itu dari penulis, penggunaan kata-kata yang kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia maupun dari penguraian masalah yang kurang jelas, penulis mohon maaf. Tentunya sebagai manusia biasa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu bimbingan atau kritikan akan membangun bagi penulis agar menjadi lebih baik di kesempatan mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin….

Daftar Pustaka

DRS. Tan Hoan Tjay & DRS. Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting. Jakarta. CV. Permata: 1978.
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI: 2000.
Sukandar, Enday, dkk. Bunga Rampai Ilmu Kedokteran. Bandung. Offset Alumni: 1982.
http://moveamura.wordpress.com/farmakologi/ Jumat, 04 Desember 2009 Jam 09.24
http://www.isfinational.or.id/artikel/59/743-seputar-obat-bius-lain-jenis-lain-kegunaannya.html Jumat, 04 Desember 2009 Jam 09.30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar