Selasa, 08 Juni 2010

MANIPULASI TEORI EVOLUSI TIDAK SINERGIS DENGAN KEHENDAK-NYA

I. PENDAHULUAN

Sebagian orang yang pernah mendengar "teori evolusi" atau "Darwinisme" mungkin beranggapan bahwa konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi dan tidak berpengaruh sedikit pun terhadap kehidupan sehari-hari. Anggapan ini sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia.

Filsafat tersebut adalah "materialisme", yang mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul di muka bumi. Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun tak hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan menimpa hidup manusia.[1]

Menurut teori evolusi Darwin bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka denngan cara terbaik akan menurunkan sifat-sifat mereka ke generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini, lama kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan moyangnya (asal-usul sifat yang menguntungkan belum diketahui pada waktu itu). Menurut Darwin manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini.

Darwin menamakan proses ini “Evolusi Melalui Seleksi Alam”. Ia mengira telah menemukan asal-usul spesies, suatu spesies berasal dari spesies lain. Dia mempublikasikan pandangan ini dalam bukunya yang berjudul “ The Origin Of Species, By Means Of Natural Selection” pada tahun 1859.[2]

Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Dia mengakui ini dalam bukunya pada bab “Difficulties Of The Teory. Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup yang tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru. Tetapi bagaimanapun dia tetap mengajukan sejumlah penjelasan yang sangat tidak memadai untuk mengatasi kesulitan tersebut.

II. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini, akan dibahas beberapa permasalahan, antara lain:

A. Bagaimanakah keruntuhan teori evolusi Darwin setelah ditemukannya fakta ilmiah?

B. Bagaimanakah keruntuhan teori evolusi Darwin dari sudut pandang Islam

III. PEMBAHASAN

A. Keruntuhan Teori Evolusi Darwin Setelah Ditemukannya Fakta Ilmiah

Salah satu bukti dari keruntuhan teori evolusi Darwin berupa fosil. Menurut teori evolusi, setiap spesies hidup berasal dari satu nenek moyang. Spesies yang ada sebelumnya lambat laun berubah menjadi spesies lain, dan semua spesies muncul dengan cara ini. Menurut teori tersebut, perubahan ini berlangsunng sedikit demi sedikit dalam jangka waktu jutaan tahun.

Dengan demikian, maka seharusnya pernah terdapat banyak spesies peralihan selama periode yang panjang ini. Sebagai contoh, terdapat beberapa jenis makhluk setengah ikan, setengah reptile pada masa lampau.

Jika binatang-binatang seperti ini memang pernah ada, maka seharusnya mereka muncul dalam jumlah dan variasi sampai jutaan atau miliaran. Lebih penting lagi, sisa-sisa makhluk-makhluk aneh ini, seharusnya ada pada catatan fosil. Jumlah bentuk-bentuk peralihan ini pun semestinya jauh lebih besar daripada spesies binatang masa kini dan sisa-sisa mereka seharusnya ditemukan diseluruh penjuru dunia. Namun kenyataan tidak seperti itu. Darwin sendiri pernah menjelaskan dalam bukunya “the origin of spesies”. “Jika teori saya benar, pasti pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan yang tak terhitung jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari kelompok yang sama…..sudah tentu bukti keberadaan mereka dimasa lampau hanya dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan fosil”.

Bahkan Darwin sadar akan ketiadaan bentuk-bentuk peralihan tersebut. Dia berharap bentuk-bentuk peralihan itu akan ditemukan di masa mendatang. Namun dibalik harapan besarnya, di sadar bahwa rintangan utama teorinya adalah ketiadaan bentuk-bentuk peralihan.

Kaum evolusionis yang dahulunya percaya pada pendapat Darwin melakukan perburuan fosil dan melakukan penggalian mencari mata rantai yang hilang di seluruh penjuru dunia sejak pertengahan abad ke-19. Walaupun mereka telah bekerja keras, tak satupun bentuk transisi (peralihan) ditemukan. Bertentangan kepercayaan evolusonis, semua fosil yang ditemukan justru membuktikan bahwa kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang lengkap. Usaha mereka untuk membuktikan teori evolusi justru tanpa sengaja telah meruntuhkan teori itu sendiri.

Teori evolusi menyatakan bahwa spesies makhluk hidup terus menerus berevolusi menjadi spesies lain. Namun ketika kita membandingkan makhluk hidup dengan fosil-fosil mereka, kita melihat bahwa mereka tidak berubah setelah jutaan tahun. Fakta ini adalah bukti nyata yang meruntuhkan pernyataan evolusionis.[3]

B. Keruntuhan Teori Evolusi Darwin Dari Sudut Pandang Islam

Al-Qur’an memberikan jawaban yang amat jelas mengenai asal mula kehidupan. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa asal mula kehidupan (manusia) adalah (bersifat) ain. Sebagaimana firman Allah Q.S. Al-Anbiya ayat 30:

Artinya: “ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Ayat tersebut menyebutkan bahwa setiap sesuatu yang hidup dibuat dari air (sebagai komponen pentingnya) atau bahwa semua benda hidup berasal dari air. Kedua makna itu sepenuhnya sesuai dengan data saintifik. Air adalah komponen yang paling penting dari sel-sel hidup. Tanpa air hidup menjadi tidak mungkin.[4]

Dan sebagaimana firman Allah surat An-Nur ayat 45:

Artinya: “ Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Jadi pernyataan dalam AL-Qur’an tentang asal-usul dalam kehidupan, apakah itu merujuk pada kehidupan. Secara umum, unsur yang melahirkan tumbuh-tumbuhan dalam tanah atau benih-benih hewan seluruhnya dan sepenuhnya sesuai dengan data–data scientifik modern.[5]

Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kebenaran penciptaan bukan melalui evolusi adalah :

· Penciptaan Adalah Sebuah Keajaiban

Mengabaikan kenyataan bahwa Allah memiliki kekuasaan untuk menciptakan dan menghancurkan berperan penting dalam menyebabkan sebagian kaum Muslimin percaya kepada evolusi. Kaum evolusionis Muslim ini ada di bawah pengaruh paham naturalisme, yang menyatakan bahwa hukum-hukum alam tetap sifatnya dan tak berubah, dan bahwa tak sesuatu pun dapat berada di luar itu semua. Namun, ini kekeliruan besar. Yang kita maksudkan dengan "hukum alam" lahir dari tindakan Allah menciptakan dan mempertahankan benda dalam sebuah bentuk tertentu. Tidak mungkin semua itu dianggap sebagai sifat-sifat yang muncul dari dalam benda sendiri. Sebagaimana Allah tegaskan, Dia dapat mengubah hukum-hukum itu kapan saja, dan bertindak di luar cakupan semua itu.

Kita menyebut tindakan Allah yang demikian itu sebagai mukjizat (keajaiban). Bahwa sekawanan penghuni gua yang disebutkan di muka tetap hidup selama lebih dari 300 tahun merupakan sebuah keajaiban di luar hukum-hukum alam. Mereka, yang Allah matikan dan lalu hidupkan kembali, adalah juga keajaiban. Setiap peristiwa terjadi karena Allah menghendakinya terjadi. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batas-batas hukum tertentu adalah peristiwa "biasa", sementara selebihnya adalah keajaiban.

Hal yang mesti dimengerti di sini adalah, Allah tidak dibatasi oleh hukum yang Dia ciptakan. Jika Dia kehendaki, Dia dapat membalikkan semua hukum alam. Mudah bagi Allah melakukan hal itu.

Karena sudah terperosok ke dalam pengaruh paham naturalisme yang membentuk landasan Darwinisme, para evolusionis Muslim mencoba menjelaskan asal-muasal manusia dan kehidupan lainnya berdasarkan hukum alam. Mereka percaya bahwa Allah membuat makhluk hidup terwujud dengan cara penciptaan yang dibatasi oleh hukum alam, dan karena itu membayangkan bahwa penciptaan disebabkan oleh mutasi, seleksi alam, pembentukan keragaman (variasi), dan satu makhluk hidup berubah menjadi makhluk hidup lain. Akan tetapi, salah besar bagi kaum Muslimin untuk menerima jalan pikiran "naturalis" seperti itu, sebab mukjizat-mukjizat (keajaiban) yang dilukiskan dalam Al Qur'an nyata-nyata mengungkapkan bahwa cara berpikir demikian adalah rapuh landasannya.

Apabila kita cermati ayat-ayat yang membahas penciptaan makhluk hidup dan manusia, kita melihat bahwa penciptaan ini terjadi secara ajaib dan di luar hukum-hukum alam. Inilah bagaimana Allah mengungkapkan penciptaan makhluk hidup:

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya, dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. An Nuur, 24: 45)

Ayat ini merujuk ke kelompok-kelompok utama makhluk hidup di Bumi (reptil, burung, dan mamalia) dan mengatakan bahwa Allah menciptakan itu semua dari air. Ditinjau lebih seksama, kelompok-kelompok ini tidak diciptakan "dari satu kelompok menjadi kelompok lainnya", sebagaimana "diramalkan" oleh teori evolusi, namun "dari air". Dengan kata lain, semua itu dibentuk secara terpisah dari satu zat yang dibentuk Allah.

Ilmu pengetahuan mutakhir juga menegaskan bahwa satu zat tersebut adalah air, penyusun dasar setiap tubuh yang hidup. Tubuh mamalia adalah kira-kira 70 persen air. Air tubuh setiap makhluk hidup memungkinkan hubungan di antara sel-sel, maupun hubungan di dalam sel dan antar-jaringan. Sudah disepakati bahwa tiada yang bisa hidup tanpa air.

Namun, sebagian kaum Muslimin keliru menafsirkan ayat di atas, dan mencoba memberinya makna yang lebih sejalan dengan evolusi. Akan tetapi, jelas bahwa fakta penciptaan dari air sama sekali tidak berkaitan dengan evolusi, karena teori itu tidak menyatakan bahwa semua makhluk hidup muncul dari air dan berevolusi. Sebaliknya, teori itu bertahan bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu jenis ke jenis lain, pertentangan yang nyata dengan fakta bahwa semua kelompok makhluk hidup diciptakan dari air (dengan kata lain, semua itu diciptakan sendiri-sendiri secara terpisah).

· Penciptaan Manusia dari Tanah Liat

Dalam Al Qur'an, Allah mengungkapkan bahwa manusia diciptakan secara ajaib. Untuk menciptakan manusia pertama, Allah membentuk tanah liat, lalu meniupkan ruh ke dalamnya:

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah." Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". (QS. Shaad, 38: 71-72)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS. Al Mu'minuun, 23: 12)

Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. (QS. Ash Shaffaat, 37: 11)

Terlihat di sini bahwa manusia tidak diciptakan dari kera atau makhluk hidup lainnya, sebagaimana kaum evolusionis Muslim inginkan kita percayai, namun dari tanah liat, suatu zat yang tak-hidup. Allah secara ajaib mengubah zat tak-hidup itu menjadi manusia dan meniupkan ruh ke dalamnya. Tidak ada "proses evolusi alamiah" yang bekerja di sini, melainkan penciptaan Allah yang ajaib dan langsung. Nyatanya, firmanNya sebagaimana berikut ini memperlihatkan bahwa manusia diciptakan langsung oleh kekuasaan Allah:

Allah berfirman: "Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" (QS. Shaad, 38: 75)

Singkatnya, Al Qur'an tidak berisikan kisah "evolusi" penciptaan manusia dan makhluk hidup. Sebaliknya, Al Qur'an mengatakan bahwa Allah menciptakan semua makhluk secara ajaib dari zat-zat tak hidup seperti air dan lumpur. Sekalipun demikian, sejarah Islam menunjukkan bahwa sebagian kaum Muslimin terpengaruhi filsafat Yunani kuno, maupun oleh anasir-anasir evolusi dan materialis di kalangan Muslim sendiri, dan lalu mencoba menyesuaikan filsafat itu dengan Al Qur'an.

· Ilmu Pengetahuan Tentang Ciptaan Allah

Hingga saat ini telah ditemukan kekeliruan besar yang dibuat para evolusionis Muslim, yang menerima pernyataan bahwa Allah menggunakan evolusi untuk menciptakan makhluk hidup. Tidak seperti para evolusionis lain, mereka tidak langsung mengatakan bahwa kehidupan muncul tanpa sengaja. Akan tetapi, dengan menyatakan bahwa Allah menggunakan evolusi dalam penciptaan olehNya, mereka suka rela maupun tidak mendukung Darwinisme dalam beberapa hal. Menurut sudut pandang mereka yang keliru, Allah pasti telah menggunakan mekanisme evolusi, seperti mutasi dan seleksi alam.

Akan tetapi, ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa baik seleksi alam maupun mutasi tidak dapat menciptakan makhluk hidup baru. Dengan kata lain, keduanya tidak berdaya evolusi. Mereka yang mendukung gagasan penciptaan lewat evolusi berpendapat bahwa Allah menggunakan mutasi untuk mengubah data genetis makhluk hidup, sehingga makhluk itu bisa memperoleh organ yang berguna, atau bahwa pertama kali Allah menciptakan makhluk-makhluk purba dan lalu menggunakan seleksi alam untuk mengubahnya menjadi makhluk yang lebih rumit dan menyempurnakannya. Dengan kata lain, Ia menggunakan seleksi alam untuk menambahkan organ baru, membiarkan organ yang ada melemah dan berhenti tumbuh, atau bahkan meniadakannya agar satu makhluk hidup dapat berubah menjadi makhluk hidup lain.

Adalah wajar bagi orang-orang yang tidak mengetahui perkembangan ilmiah mutakhir untuk beranggapan semacam itu, khususnya jika mereka ingin mendukung evolusi. Akan tetapi, pernyataan semacam itu bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah.

Satu hal yang harus ditegaskan bahwa Allah tentu saja bisa menggunakan evolusi untuk menciptakan makhluk hidup jika dikehendaki-Nya. Namun, Al Qur'an tidak berisi tanda-tanda evolusi dan tidak satu ayat pun mendukung pernyataan evolusionis bahwa makhluk hidup muncul tahap-demi-tahap. Ilmu pengetahuan juga mengungkapkan kebohongan pernyataan itu. Karena keadaannya sudah teramat jelas, tidak ada peluang bagi Muslim untuk membenarkan dukungannya pada pernyataan itu. Alasan yang memungkinkan terjadinya kekeliruan seperti itu hanyalah kekurangan informasi, rasa rendah diri saat menghadapi kaum evolusionis, dan kepercayaan bahwa karena jumlah pendukung evolusi lebih besar, mereka pastilah benar.

· Allah Menciptakan Alam Semesta dari Ketiadaan

Allah menciptakan segalanya, dalam bentuk dan pada waktu yang Dia tetapkan, tanpa menggunakan contoh apa pun, dan dari ketiadaan. Karena Dia suci dari cacat apa pun, dan kaya tanpa membutuhkan apa pun, Dia tidak membutuhkan penyebab, sarana, atau tahap bagi penciptaan oleh-Nya. Tak seorang pun yang boleh teperdaya oleh kenyataan bahwa segala sesuatu itu terkait dengan sebab dan hukum alam tertentu. Namun, Allah adalah di atas semua sebab dan hukum, karena Dia yang menciptakan itu semua.

Allah, Tuhan Bumi dan langit, bisa saja melenyapkan semua sebab ini jika Dia kehendaki. Misalnya, Dia dapat menciptakan manusia yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup, dan akibatnya, tidak memerlukan paru-paru. Menimbang hal ini, mengapa "perlu" Dia menyempurnakan paru-paru, dengan cara membuatnya berevolusi seiring dengan waktu, atau pun melalui mekanisme lainnya, Karena itu, sepenuhnya keliru apabila seseorang menganggap bahwa keagungan dan kekuatan Allah dibatasi oleh nalar dan perasaannya sendiri. Kita dapat memiliki pengetahuan hanya sebatas yang Dia izinkan.

Allah dapat menggunakan tahap-tahap tertentu dalam penciptaan oleh-Nya jika Dia kehendaki. Misalnya, Dia mengeluarkan tumbuhan dari sebutir benih, atau seorang manusia dari pertemuan sel mani dengan sel telur. Namun tahap-tahap ini, sebagaimana akan kita lihat nanti, sama sekali tidak berkaitan dengan evolusi, dan tidak memberikan tempat bagi ketidaksengajaan dan kebetulan. Setiap tahap dalam merekahnya tumbuhan, atau berubahnya satu sel menjadi seorang manusia "dalam bentuk yang sebaik-sebaiknya", terjadi berkat sistem sempurna yang diciptakan oleh kekuasaan-Nya yang tak terhingga.

Allah menghendaki dan menciptakan Bumi dan langit, semua yang berada di antara keduanya, dan semua makhluk hidup dan tak-hidup. Ini sangat mudah bagi-Nya, sebagaimana ditunjukkan dalam Al Qur'an:

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'aam, 6: 73)

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16: 40)

Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (QS. Al Mu'min, 40: 68)

Penciptaan itu mudah bagi Allah. Sebagaimana diungkapkan ayat-ayat di atas, Dia hanya perlu berfirman "Jadilah!", dan dengan begitu menghendaki sesuatu terjadi demikian. Banyak ayat mengungkapkan bahwa Dia menciptakan alam semesta dan makhluk hidup dalam bentuk yang sempurna. Kekeliruan besar bagi Muslim, jika menuruti penjelasan yang dipaksakan di hadapan kebenaran yang sudah terang ini, dan membuat pernyataan yang seolah benar bahwa Allah memanfaatkan evolusi untuk menciptakan serta menggunakan mutasi, seleksi alam, dan tahap-tahap peralihan dari kera ke manusia. Sangat keliru memberikan uraian seperti itu, demi harapan diterima di kalangan evolusionis, sebab tiada bukti baik dalam Al Qur'an maupun ilmu pengetahuan.

Allah membuat semua hukum di alam semesta, dan memberi hukum-hukum itu bentuk yang Dia pilihkan, mewujudkan apa yang Dia kehendaki dan ketika Dia kehendaki, meliputi segala apa yang ada di Bumi dan di langit, dan mengatur segalanya dengan kekuasaan-Nya. Namun, sebagian orang tidak betul-betul memahami kekuatan-Nya, sehingga menilai-Nya berdasarkan kekuatan sendiri yang terbatas. Allah mengungkapkan keberadaan mereka dalam Al Qur'an:

Mereka tidak mengenl Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS. Al Hajj, 22: 74)

Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia." … (QS. Al An'aam, 6: 91)

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Az Zumar, 39: 67)

Berlawanan dengan apa yang diajukan oleh mereka yang percaya pada penciptaan lewat evolusi, Allah tidak menciptakan kera dahulu, lalu menyebabkan kera berevolusi menjadi manusia melalui bentuk-bentuk peralihan yang cacat dengan alat tubuh yang kurang. Melainkan, sebagaimana diungkapkan Al Qur'an, Allah menciptakan manusia

dalam cara yang paling sempurna:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At Tiin, 95: 4)

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu). (QS. At Taghaabun, 64: 3)

Ayat-ayat di atas merupakan sebagian bukti bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk sempurna, dengan kata lain, bentuk manusia sekarang. Tentu saja, manusia juga memiliki sejumlah cacat dan kelemahan, semua itu mengingatkannya akan kekurangannya di hadapan Tuhannya. Kelainan bentuk dan cacat tubuh adalah bukti penciptaan yang bertujuan, sebab semua itu berguna sebagai pengingat bagi mereka yang melihatnya, dan sebagai ujian bagi yang menyandangnya.

Sebagai bentuk dan jenis, Allah menciptakan

semua makhluk hidup dengan seketika dan sempurna, tanpa memerlukan evolusi sama sekali. Kebenaran nyata ini diungkapkan Al Qur'an:

Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang diganti sesudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (QS.Yaa Siin, 36: 81)

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Luqman, 31: 28)

Hal penting lain yang terabaikan oleh mereka yang percaya pada penciptaan evolusi, adalah keragaman bentuk ciptaan Allah. Allah telah mengadakan makhluk hidup yang jauh berbeda dari manusia dan hewan, misalnya malaikat dan jin. Masalah ini akan dibahas di halaman-halaman berikut.[6]

IV. ANALISIS

Menurut pandangan kami, kita sebagai orang yang beriman dan berakal tidak sepatutnya membiarkan atau mengambil jalan tengah dalam menghadapi pandangan atau teori Darwin yang telah mengingkari Allah dan ciptaan-Nya. Sebab hal itu berarti kita tawar menawar dalam unsur agama, tentu perbuatan seperti itu tidak dapat diterima, sebab dapat melemahkan keimanan dan menjerumuskan manusia dalam kemusyrikan ”Na’udzubillahi min dzalik”.

Memang orang atheis atau orang awam boleh berfikir sesukanya dan boleh percaya apapun yang dipercayainya, tetapi kita sebagai orang muslim tidak boleh seperti itu. Karena pada hakikatnya tujuan mereka adalah untuk menghancurkan penganut teori penciptaan agar beralih menganut paham evolusi mereka. Mereka juga melakukan dogma pada masyarakat luas bahwa paham evolusionis dapat dilunakkan atau diambil jalan tengah digabung dengan paham kepercayaan, yaitu “ Bahwa Allah Menciptakan Makhluk Hidup Lewat Evolusi”. Pendapat mereka tersebut sebenarnya hanyalah taktik kaum awam (atheis) yang ingin melemahkan iman para penganut paham kepercayaan. Mereka memberikan dogma kepada masyarakat paham kepercayaan dengan cara halus sehingga akan timbul dalam pikiran mereka bahwa teori evolusi itu benar. Kita harus hati-hati dengan hal ini sebab Allah telah memberikan himbauan. Sebagaimana dalam firman-Nya Q.S. Al-An’am ayat 116:

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”

Oleh karena itu, apabila ada saudara seiman kita yang masih mempercayai teori evolusi tersebut maka kita sebagai kaum modernis, intelektualis, religis serta berkeadaban sudah sepatutnya kita mengingatkan, menyeru dan mengembalikan maindset mereka ke jalan Allah. Sebagaiman firman Allah Q.S.AT-Taubah: 71

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

“Semoga kita tergolong sebagai orang yang selalu berpikir dan mendapatkan hidayah-Nya.”

V. KESIMPULAN

Evolusi merupakan suatu kebohongan atau dongeng belaka, karena tidak mempunyai bukti satupun untuk dibenarkan. Evolusionis tidak mampu membuktikan adanya makhluk transisi (peralihan). Evolusionis juga tidak mampu membuktikan bahwa satu protein atau bahkan satu molekul asam amino, penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang disebut kondisi bumi purba. Sebaiknya melalui seluruh upaya pembuktian teori evolusi Darwines ternyata malah mengungkap kebohongan atau manipulasi tersebut sendiri.

Memang pada kenyataannya makhluk sekarang tidak berasal dari evolusi makhluk primitif yang ada sebelumnya, karena secara jiwa pun pada intinya berbeda. Kenyataanya telah jelas terbukti bahwa seluruh kehidupan merupakan karya agung Sang Pencipta, Pemilik Kekuatan, Pengetahuan dan Kecerdasan yang tak terhingga. Pencipta tersebut adalah Allah SWT, Tuhan langit dan bumi dan segala sesuatu diantaranya. Jika Dia menghendaki “jadilah” maka jadi, sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi sebagai manusia yang beriman dan berilmu.

Firman Allah Surat Al-Baqoroh ayat 32:

Artinya: “Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana"

VI. PENUTUP

Demikian uraian makalah ini, apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penggunaan kata-kata serta penguraian masalah yang kurang jelas, pemakalah mohon maaf. Sebagai manusia, tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, muntui itu mohon bimbingan dan kritikan yang membangun bagi pemakalah agar di kesempatan mendatang dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin…

DAFTAR PUSTAKA

Bucaille Maurice, Asal-Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran Sains, Bandung: Mizan, 1998.

Cliff, Conner, "Evolution vs. Creationism: In Defense of Scientific Thinking", International Socialist Review (monatliche Zeitschriftenbeilage zu The Militant), November 1980

Yahya Harun, Keruntuhan Teori Evolusi, Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004.

Yayasan penyelenggara penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989.

www.harunyahya.com/indo/ atau http://www.geocities.com/pakdenono/buka mata, perluas cakrawala



[1] Cliff, Conner, "Evolution vs. Creationism: In Defense of Scientific Thinking", International Socialist Review (monatliche Zeitschriftenbeilage zu The Militant), November 1980

[2] Harun Yahya, Keruntuhan Teori Evolusi, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004), hlm. 29

[3] Ibid. hlm. 29-31

[4] Maurice Bucaille, Asal-Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran Sains, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 196

[5] Ibid. hlm. 198

[6] www.harunyahya.com/indo/ atau http://www.geocities.com/pakdenono/buka mata, perluas cakrawala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar